BATIK PEKALONGAN

BATIK Pekalongan lama telah diekspor ke beberapa negara, termasuk Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Jadi batik terkenal dari Pekalongan, Jawa Tengah, sehingga jenis batik tidak berhenti hanya hasil dari kegiatan ekonomi, tetapi juga telah menjadi ikon wisata.
Pekalongan batik menjadi sangat khas karena hal itu bergantung sepenuhnya pada ratusan usaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha modal besar. Sejak dulu sampai sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah.
Akibatnya, batik Pekalongan erat terintegrasi dengan kehidupan masyarakat Pekalongan sekarang dibagi menjadi dua wilayah administratif, yaitu Kota dan Kabupaten Pekalongan Pekalongan, Jawa Tengah. Batik adalah nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan pekalongan. Dia tinggal dukungan warga dan Pekalongan.

Namun, seperti usaha kecil dan menengah di Indonesia, batik pekalongan bisnis sekarang menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya pesaing baru, seperti Vietnam, Malaysia dan Cina tantangan industri batik Pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih modern.
Gagal melewati masa transisi, batik Pekalongan hanya dapat diingat oleh generasi masa depan buku-buku sejarah.
Fathiyah A Kadir, seorang pengusaha batik di Pekalongan, mengatakan, pada awal tahun 1970 hampir semua pekerja di unit usaha batik pekalongan adalah petani. "Jadi, mereka tukang batik dan petani," katanya.
Pada saat itu, pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Kami mengambil tanaman atau panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun, antara penanaman dan panen, mereka bekerja sepenuhnya sebagai tukang batik.
"Suasana saat itu diwarnai semangat komunalitas, semangat keluarga," mengungkapkan bahwa perempuan pengusaha.
Batik Pekalongan lainnya pengrajin, Khusnul Khotimah mengatakan, apa industri batik pekalongan saat ini mungkin menghadapi masalah yang sama dihadapi oleh industri lain di Indonesia, terutama yang didasarkan pada pengusaha kecil dan menengah.
Masalahnya adalah, antara lain, penurunan daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk lebih tinggi dari harga jual produk sejenis yang dihasilkan oleh negara lain. Bahkan, kualitas produk yang dihasilkan lebih baik dari pesaing produk Indonesia pengusaha.
Penyebab masalah ini bervariasi, mulai dari rendahnya produktivitas dan keterampilan pekerja, kurangnya inisiatif pengusaha untuk melakukan inovasi produk, untuk mendukung peralatan mesin proses produksi olds.
Persaingan ketat dikondisikan media untuk usaha kecil meningkatkan kinerja, sekaligus memperbaiki kualitas produk yang mereka hasilkan. Paradigma lama sering menunjuk tuntutan peningkatan kesejahteraan pekerja sebagai kambing hitam pembengkakan produksi.
Paradigma ini mengabaikan kualitas pekerjaan yang baik atau kreativitas untuk menghasilkan produk inovatif dari pekerja kesejahteraan dan pekerja yang melakukan pekerjaan mereka dengan tenang.
Untuk bertahan dalam persaingan yang semakin ketat, pengusaha batik pekalongan harus mengadopsi paradigma baru dalam mengelola usaha mereka. Seperti tersirat dalam tampilan disajikan Totok.
"Kualitas produk ditentukan oleh pekerja. Karyawan manfaat program, seperti Jaminan Sosial, seorang karyawan sangat membantu pemberdayaan," katanya.
Hanya didasarkan pada manfaat dari pekerja upah rendah harus ditinggalkan pengusaha Indonesia, termasuk pengusaha grosir batik Pekalongan. Jadilah berdasarkan keuntungan unik dari produk juga tampaknya harus ditinggalkan.
"Kami persaingan yang semakin parah Bayangkan,. Ketika saya mengunjungi Bangkok, saya melihat bahwa Thailand kini juga mampu membuat batik yang jauh lebih baik dari yang kita hasilkan," kata Totok.
UNTUK pengusaha batik pekalongan, memasuki tahun 2004 sedang memasuki saat kesulitan. Pekalongan permintaan batik dari semua pihak di Indonesia turun drastis. Kodi batik Berkodi-ditumpuk di tempat karena pengerjaan permintaan lamban.
"Karena krisis keuangan pada tahun 1997, dilanda harga kain batik pekalongan Namun, dampak kenaikan harga kain hanya bisa ekspor diimbangi oleh penjualan batik pekalongan yang menguntungkan karena terjun rupiah terhadap dolar AS. Kondisi ini berbeda dari sekarang.. Ini tingkat nilai tukar rupiah relatif stabil, tetapi permintaan sangat lesu, "kata Direktur Pasar Grosir Setono, Pekalongan, Hasanuddin.
Sejumlah pedagang batik di pasar grosir menuding pemilihan umum (pemilu) pada tahun 2004 sebagai penyebab menurunnya omset penjualan batik pekalongan hingga 50 persen. Argumen, penundaan karena perjalanan ke pekalongan menunggu sampai selesainya kampanye pemilu 2004.
Namun, bagi Hasanuddin, lesunya penjualan batik pekalongan terkait erat dengan penurunan daya beli masyarakat. Alasannya, jika penjualan lesu batik pekalongan 2004 pemilu hanya karena, tentu saja di luar pesanan batik dari Pekalongan, seperti Makassar dan Surabaya, relatif tidak mengalami penurunan karena orang tidak perlu melakukan perjalanan ke Pekalongan.
"Pengusaha selalu berorientasi batik menjual produk mereka di luar kota sekarang menjadi geng menjual di Pekalongan. Hal ini ditandai dengan permintaan yang kuat di kios pasar grosir," kata Hasanuddin.
Namun, usaha itu tampaknya tetap tidak membantu. Tumpukan batik tetap tidak terjual di tempat produksi. Oleh karena itu, dari sekitar 100 usaha di bidang batik Kecamatan Buaran, misalnya, sekitar 25 persen di antaranya sudah meliburkan pekerja. "Penjualan macet Bagaimana mereka bisa melanjutkan produksi?." Hasanuddin kata.
Redupnya usaha batik pekalongan, menurut Hasanuddin, juga ditandai dengan meningkatnya jumlah penyewa kios di pasar Setono Grosir membayar sewa dengan cek kosong. Hal ini hampir tidak pernah dijumpai di masa lalu.
"Bahkan, penyewa kios dianggap pengusaha besar dan nilai sewa yang harus dibayar cukup kecil, hanya Rp 1 juta sampai Rp 2 juta Saya pikir, dalam kondisi normal, tidak diklasifikasikan sebagai pengusaha mungkin cukup mapan untuk melakukan hal ini. , "kata Hasanuddin lagi.
Namun, peka terhadap kebutuhan pasar dan merespon dalam bentuk pengusaha batik terbukti inovasi pekalongan, Rusdiyanto, yang berhasil menyelamatkan usahanya dari paparan krisis. "Kalau saja saya tidak memulai memproduksi batik serat nanas tiga tahun lalu, usaha batik saya mungkin juga memberhentikan karyawan sekarang," kata orang itu di tempat usahanya Kabupaten Setono, Pekalongan, yang.
Batik yang diproduksi Rusdiyanto serat nanas tidak terkena paparan krisis. Harga kain batik pekalongan dengan panjang serat nanas dan lebar 2,56 meter 1,15 meter bisa mencapai Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta. Oleh karena itu, orang yang membeli jenis batik saja mereka dengan kondisi keuangan suatu serangan krisis hampir tak tersentuh.
Bahkan, hari ini mengaku Rusdiyanto sulit untuk memenuhi pesanan. "Batik serat nanas produksi saya tidak pernah menumpuk. Asal, pembeli bergegas ke Jakarta atau Singapura," katanya.
Menurut Totok Parwoto, harga batik serat nanas di Jakarta naik berkali-kali lebih dari saat harga masih di Pekalongan. "Nanas serat kain batik di Pekalongan yang menelan biaya Rp 3 juta hingga mencapai Rp 7 juta di Jakarta," katanya.
Batik serat nanas memiliki harga yang tinggi karena suplai kain serat nanas masih sangat sedikit. Saat ini pengusaha batik serat nanas di Pekalongan hanya bergantung pada dua pemasok nanas serat kain, yaitu dari Kabupaten Pemalang dan dari Pabrik Radika Pekalongan.
Sedikitnya produsen kain serat nanas disebabkan tingkat kesulitan cukup tinggi dalam proses pemintalan serat nanas menjadi benang, yang kemudian ditenun menjadi kain. Sedangkan di Pemalang, terutama di Sub belik, banyak tanaman nanas.
Selain itu, harga kain batik serat nanas sangat mahal untuk jenis sutra batik dikombinasikan dengan serat. Sebenarnya, batik sutra sendiri diklasifikasikan sebagai batik mahal. "Belum lagi batik serat nanas dilakukan dengan tangan atau termasuk batik Satu bulan, saya hanya seorang pekerja menghasilkan satu serat nanas kain batik,." Kata Rusdiyanto.
Inovasi yang dilakukan Rusdiyanto tidak terbatas pada penggunaan serat nanas. Ini pengusaha batik berinovasi dalam motif. "Saya menggunakan motif batik pekalongan kuno," katanya.
Pekalongan batik motif kuno digunakan sebagai motif  batik Pekalongan pertama kali muncul. Motif ini biasanya berbentuk tentara Belanda atau orang Belanda dengan segala atributnya. Bahkan, tidak motif yang tidak biasa juga menggambarkan tangki.
Rusdiyanto warna yang digunakan serta batik pekalongan pertama kali muncul warna, yaitu warna natural, seperti cokelat atau merah bata. Berbeda dengan warna batik pekalongan sekarang, yang disebut warna ngejreng. "Nanas serat kain batik dengan motif kuno dan warna alam begitu menyukai pembeli dari luar negeri
batik sarimbit

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "BATIK PEKALONGAN"